IMAM MAHDI: SANG JURU SELAMAT YANG DITUNGGU-TUNGGU MUSLIM

Dari semua tanda-tanda zaman, yang paling dinantikan dan diharapkan Muslim adalah datangnya orang yang dikenal sebagai “Mahdi”. Dalam bahasa Arab, Mahdī berarti “Sang Teladan” [1]. Sang Mahdi ini juga dianggap penganut Islam Syi’ah sebagai Al-Mahdi (Yang Memandu), Al-Muntathar (Yang Ditunggu-tunggu), Al-Qa’im (Yang Mengangkat), Sahab az-Zaman (Penguasa Zaman), Imam az-Zaman (Pemimpin Zaman), Wali al-‘Asr (Yang Menjanjikan), Al-Hujjah (Bukti Allah Benar). Kedatangan Sang Mahdi hanyalah satu dari tanda-tanda besar lainnya. Hal ini pun dibenarkan oleh Ibn Kathir, cendekiawan Islam dari abad ke-8.

[1] Muhammad Hisham Kabbani, The Approach of Armageddon? An Islamic perspective (Canada, Supreme Muslim Council of America, 2003), hal. 228

Setelah tampak tanda-tanda kecil Hari Kiamat segera datang dan semakin dekat, umat manusia akan mengalami banyak penderitaan. Maka Sang Mahdi yang ditunggu-tunggu akan muncul; Dia adalah tanda yang jelas, besar, yang pertama akan terjadinya Hari Kiamat [2].

[2] Ibn Kathir, The Signs of the Day of Judgment (London, Dar Al-Taqwa, 1991), hal. 18

Kedatangan Sang Mahdi merupakan unsur utama dari semua kisah-kisah Islami tentang Hari Kiamat. Jadi, pusat eskatologi (cabang teologi yang mempelajari akhir zaman) adalah kedatangan Mahdi, dan bahkan beberapa cendekiawan Muslim memandang “tanda-tanda akhir zaman sebagai tanda kedatangan Sang Mahdi” [3]. Meskipun ada perbedaan kepercayaan dalam berbagai aliran Islam seperti Sunni dan Syi’ah, pada umumnya Muslim percaya dan tidak mempermasalahkan pengertian tentang Sang Mahdi dalam Islam. Menurut Muhammad Hisham Kabbani, ketua Konsul Pusat Islam di Amerika: Continue reading

PENDUKUNG ABSURDITAS

Oleh Sher Khan

Dapatkah seseorang meminum racun? Sampai para ilmuwan berhasil menemukan proses fotosintesis pada tanaman, banyak yang tidak mempercayai hal tersebut. Seorang manusia akan mati di dalam suatu ruangan penuh dengan karbon dioksida; sementara tanaman akan menyerap gas tersebut dan menghasilkan oksigen yang tentu saja menjadi sumber hidup makhluk lainnya.

Michael Dombeck, seorang mantan pemangku kehutanan di Amerika memperkirakan bahwa satu pohon berdiameter batang 18 inch akan mampu menghasilkan oksigen yang cukup untuk keluarga yang beranggotakan empat orang.

Semua orang mengetahui hal tersebut di atas. Apa yang tidak diketahui adalah bahwa Titus Lucretius Carus (99-55 SM), seorang penyair dan filsuf romawi meramalkan hal tersebut lebih dari 2000 tahun yang lalu. Saya sangat terkesan dengan komentar Lucretius yang anti-agama. Dengan bijaksana ia menyatakan, “Agama berpotensi besar untuk menginspirasikan tindakan kejahatan.” Namun yang menjadi bahasan bukanlah pernyataannya tadi, melainkan komentar lain yang berhubungan dengan fotosintesis, “Apa yang menjadi makanan seseorang, merupakan racun bagi yang lain.”

Saya bertanggung jawab penuh atas cerita yang konyol ini. Logika di atas terlihat konyol dan tidak masuk akal kecuali anda memandangnya dari sudut pandang Islam. Benar, banyak ilmuwan Islam dengan sengaja mencari-cari formula ilmiah dalam Qur’an. Contohnya adalah Harun Yahya, uraiannya mengenai ayat-ayat Qur’an menjadi bukti yang kuat untuk cerita saya di atas. Continue reading

ILMU PENGETAHUAN, DEMOKRASI DAN ISLAM

Oleh Morten Breivik

Prinsip terutama dalam ilmu adalah pertanyakan segala sesuatu; tidak ada yang tidak boleh disentuh. Kalau sebuah teori tidak lulus uji coba, maka teori itu tidak ada gunanya dan sebaiknya dibuang saja. Misalnya, percuma saja mempertahankan teori-teori fisika yang luar biasa indahnya jika akhirnya gagal saat dihadapkan pada kenyataan.

Begitu pula dengan demokrasi yang erat hubungannya dengan dasar-dasar ilmu pengetahuan; karena menuntut orang untuk terus bertanya tanpa ampun dan tanpa kecuali. Diperlukan pertukaran ide yang tidak dibatas-batasi antara para anggotanya, terlepas dari SARA (suku, agama, ras dan aurat) mereka. Tapi jika arus informasi antara kedua komponen masyarakat ini tersendat, contoh dengan penahanan informasi, maka masyarakat tidak dapat diharapkan untuk belajar dari kesalahan-kesalahan untuk memperbaiki diri.

Oleh karena itu, sebuah demokrasi menuntut tidak adanya pembatasan dalam kemerdekaan berbicara, kemerdekaan pers dan institute riset, sebuah pemerintah yang mengabdi pada rakyat (dan bukan sebaliknya) dan sebuah sistim pendidikan yang mendidik dan bukan mengindoktrinasi. Warga selalu harus memiliki akses kepada informasi yang bisa mengantar mereka kepada keputusan konstruktif dan berbobot. Continue reading

ANGKA NOL DAN ANGKA-ANGKA MODERN: PENEMUAN ISLAM ATAU INDIA?

Oleh Fjordman

Aku pernah membaca sebuah komentar dari pembaca Eropa FFI bahwa “Dunia Arab menemukan angka nol, dan setelah itu prestasi mereka nol melulu.” Hal ini salah, tapi sayangnya, banyak dipercaya orang-orang. Sistem angka yang kita pakai sekarang sudah digunakan oleh masyarakat India di zaman pasca-Roma (setelah kekaisaran Romawi berdiri), tapi sistem angka ini dikenal Eropa melalui budaya Timur Tengah abad pertengahan. Inilah sebabnya sistem angka ini juga disebut sebagai angka Arab di berbagai bahasa Eropa.

Pihak Muslim pun mengakui bahwa mereka mendatangkan sistem angka ini dari India. Dengan demikian, penyebutan angka Arab tentunya tidak tepat. Istilah sistem angka “Hindu Arab” mungkin masih bisa diterima, tapi istilah tepatnya adalah “sistem angka India.”

Masyarakat Maya di Amerika Selatan telah mengembangkan sistem angka termasuk angka nol sebelum hal ini dilakukan masyarakat India. Sayangnya, penemuan besar ini tidak menyebar ke budaya manapun. Menurut Michael P. Closs dalam bukunya yang berjudul Mathematics Across Cultures: The History of Non-Western Mathematics, “Alasan mengapa budaya Maya tidak dianggap sebagai penemu pertama simbol angka nol adalah karena hal itu tidak tercantum dalam tulisan-tulisan “Epi-Olmec” mereka, meskipun sangat sering digunakan dalam karya seni mereka. Angka-angka nol ditemukan dalam banyak tulisan Dresden Codex (buku Maya sebelum jaman Columbia, di abad 11 atau 12 M). Patung-patung pahatan Maya banyak menunjukkan simbol angka nol, yang terkadang tampil dalam bentuk kerang dan selalu berwarna merah. Dalam banyak kasus, bentuk kerang-kerang nol dihias dan tampil dalam bentuk sederhana. Dalam tulisan, bentuk angka nol yang paling umum adalah ¾ ukuran lingkaran Salib Malta.” Continue reading

KAMPANYE DISINFORMASI KAREN ARMSTRONG

Oleh Jacob Thomas

Di tahun 1992, HarperCollins menerbitkan buku Karen Armstrong “MUHAMMAD: Biografi sang Nabi.” Itu pertama kalinya saya mendengar namanya. Ketika saya mendapat kesempatan untuk melihat bukunya, saya langsung melihat bahwa itu bukan hanya sekedar biografi baru tentang Nabi, namun sebuah usaha sengaja untuk mengajak kita meminta maaf kepada Islam. Saya tadinya berharap Miss Armstrong dan bukunya tidak dianggap serius di Barat, tapi saya ternyata salah.

MALAH dia sangat sibuk berceramah tentang Islam, dikedua sisi lautan atlantik. Kelihatannya ada orang Barat sangat terkesan olehnya, seperti ditunjukkan pada tanggal 11/11/2006, di Wall Street Journal. Karen Elliott House, bekas penerbit the Journal, menulis sebuah artikel berjudul “5 buku penting untuk mengerti tentang Islam.”

Dia mengurutkan demikian:

  1. “Islam” oleh Vartan Gregorian (Brookings, 2003)
  2. “Muhammad” oleh Karen Armstrong (HarperCollins, 1992)
  3. “What Went Wrong?” oleh Bernard Lewis (Oxford, 2002)
  4. “The Koran Interpreted” oleh A.J. Arberry (Macmillan, 1955)
  5. “Wahhabi Islam” oleh Natana J. Delong-Bas (Oxford, 2004) Continue reading